Dalam melakukan sesuatu, manusia mutlak memerlukan pengorbanan untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya. Apalagi dalam mewujudkan suatu gagasan tentang terwujudnya peradaban Islam di mukabumi, tentu akan mengalami tantangan-tantangan yang tidak ringan. Tantangan-tantangan yang dihadapi tidak hanya berupa ancaman-ancaman dari luar juga tantangan akan konsistensi dari dalam diri sendiri. Dialog peradaban yang dilakukanoleh INISIASI Hidayatullah setiap sabtu pagi di Masjid Ummul Quraa’ Pesantren Hidayatullah Depok merupakan sebuah usaha untuk mewujudkan peradaban secara konsisten.
Ust.Suharsono sebagai direktur INISIASI mengatakan “dalam mewujudkan gagasan yang besar ini memerlukan kesabaran ideologis”. Kesabaran yang sadar akan perjalanan sebuah proses yang tidak instan dan memerlukan sebuah komitmen akan keistiqomahan dengan apa yang dilakukan. Sebagaimana para pemikir-pemikir yang menyampaikan ideologinya dengan pantang menyerah misalnya Karl Mark yang mengusung ideologi komunisnya dimanapun ia berada. Atau sebagaimana ummat Islam yang menantikan seorang pemimpin yang terbaik yang dapat menaklukan Konstantinopel memerlukan waktu ratusan tahun sehingga melahirkan seorang pemimpin Al Fatih yang dapat menaklukkannya. Apa yang dilakukan oleh Inisiasi Hidayatullah sekarang ini bisa jadi hanya sebagai penanam gagasan saja dan akan diteruskan oleh generasi-generasi selanjutnya sampai gagasan itu membuahkan hasil.
Niat dan konsistensi akan kesungguhan untuk mewujudkan peradaban Islam merupakan motivasi yang utama. Bukan karena kita tergerak melakukan sesuatu karena keterpaksaan atau karena struktur yang mewajibkan kita untuk berbuat. Tidak ada kegagalan apabila kita senantiasa melakukan sesuatu dengan optimis, karena Allah pastiakan membalas apa yang dilakukan oleh hamba-Nya. “Gagal adalah apabila kita menghadapi kejadian yang ada dengan sifat pesimis” Ungkap ust. Suharsono
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ust. Wahyu Rahman sebagai Ketua Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Tahapan-tahapan dalam mewujudkan peradaban Islam sangatlah jelas dalam sistematika nuzulnya wahyu (SNW). Tinggal bagaimana kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita wujudkan nilai-nilai peradaban ini mulai dari diri kita, keluarga kemudian kita wujudkan dalam komunitas kampus peradaban. Selanjutnya kita sampaikan kepada masyarakat luas, Negara bahkan pada Dunia.
Tentunya tantangan-tantangan yang dihadapi tidaklah ringan dalam mewujudkan peradaban perlunya kesiapan yang matang bagi pelaku peradaban agar bisa tampil sebagai sang pencerah. Upaya diri untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah adalah sebuah keharusan agar dapat kuat dalam menghadapi segala kemungkinan. Karena pengaruh-pengaruh Iblis dan pasukannya tidak akan pernah menyerah dalam mengobarkan permusuhan terhadap ummat manusia. Mereka akan muncul dengan pemikiran-pemikiran yang menyesatkan seperti materialisme, Liberalisme, komunisme, hedonisme dan Pluralisme.
Untuk memiliki kesabaran ideologis maka kita harus mengambil inspirasi dari tokoh terdahulu seperti Kesabaran sahabat Ali bin Abi Thalib ketika menggantikan nabi Muhammad yang akan diserang oleh orang kafir, Kesabaran Imam Syafii, Imam Malik dan Imam Ghazali dalam mencari ilmu dan menanamkan ideologinya. Sekretaris INISIASI, Imam Nawawi M.Pd.I menyampaikan “ Rajinlah membaca, gemar menuntut Ilmu dan jangan pernah merasa cukup untuk menghadiri forum diskusi keilmuan!”. ** Marsono
*Ringkasan Kajian Peradaban yang diadakan INISIASI Hidayatullah, Sabtu pagi, 24 Maret 2012 di Masjid Ummul Quraa’ Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
0 komentar:
Posting Komentar