Selasa, 20 Maret 2012

Realisasi Peran IMHI


Ikatan Mahasiswa  Hidayatullah Indonesia (IMHI) sebagai wadah dalam menampung aspirasi keberadaan dan potensi civitas akademika mahasiswa Hidayatullah tiga perguruan tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok, Sekolah Tinggi  Agama Lukman Al-Hakim Surabaya (STAIL), Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Balikpapan 09-11 Maret  menggelar Rakernas di Auditorium  STIE.

Rakernas yang pertama kali ini diselenggarakan setelah terbentuknya kepengurusan  IMHI di Balikpapan, Kaltim mengangkat tema “Realisasi Peran Mahasiswa Hidayatullah Indonesia dalam Membangun Indonesia Sejahtera”. Rakernas  ini menitik beratkan pada persamaan persepsi dan paradigma berfikir luas dan kritis mahasiswa dalam memperkuat eksistensi mahasiswa selama dibangku kuliah serta setelah ditugaskan di daerah.

Hal tersebut diharapkan akan memperjelas visi hidayatullah dalam Membangun Peradaban Islam bagi kader yang sedang menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1 /S1 ini. Manhaj  (SNW) Sistematika Nuzulnya Wahyu sebagai landasan untuk merubah tatanan kehidupan seperti tersirat dalam surah Al-Fatihah. Pada puncak peradaban itu sendiri manusia dapat memposisikan dirinya sebagai hamba Allah serta Khalifah di muka bumi.

Secara empiris visi membangun peradaban Islam itu tidaklah berlebihan dan bukan utopia. 
Agenda tersirat selama 30 tahun yang dicanangkan oleh Allahuyarham Ust. Abdullah Said amat sangat memungkinkan untuk bergerak pada satu tahap yakni memakmurkan, mengisi mengembangkan kampus peragaan yang telah menyebar di seluruh Indonesia. Satu tahapan baru tersebut kami (Syabab Hidayatullah) pahami sebagai keniscayaan untuk menbangun gerakan keilmuan.

Gerakan keilmuan ini sangat memungkinkan dan sangat mendesak untuk diwujudkan. Ketua umum DPP Hidayatullah Dr. Abdul Mannan yang terpilih di periode III ini, menilai sebagai figur yang telah memberikan keteladan mendasar akan hal ini. Bahkan jika mengacu pada spirit SNW sejatinya ilmu merupakan satu tahapan penting yang harus segera dimiliki dan diimplementasikan oleh para kader Hidayatullah. Jika ini terwujud InsyaAllah, banyak SDM berilmu di Hidayatullah. Maka tidak akan mendatangkan suatu kekhawatiran sebagaimana telah memicu terjadinya perpecahan pada ormas yang lain.
Jika kita komparasikan dengan perjuangan Nabi Muhammad SAW, saat ini Hidayatullah telah berada pada fase Madinah. Fase dimana sebuah sistem, kultur dan nilai-nilai mulai dibangun secara kolektif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 

Perang adalah keniscayaan pada zaman ini, perang yang sering terlupakan adalah perang melawan globalisasi dengan spirit materialisme. Pada saat yang sama salama 30 tahun lebih hidayatullah masih berputar pada problem internal, sekarang saatnya Hidayatullah tampil untuk turut serta aktif mengatasi problem keumatan melalui jalur formal kenegaraan dengan tetap menjunjung tinggi prinsip imamah jamaah tanpa interes alias ikhlas hanya karena Allah SWT.** Mohammad  Khomaini, Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah

0 komentar:

Posting Komentar

Baca Juga!!!